Banyak mahasiswa, terutama mahasiswa baru, yang terjebak galau pada tugas, kegiatan yang tidak ada habisnya, dan, yang tidak kalah penting, asmara. Sebenarnya, apa sih galau itu?
Banyak yang mengatakan galau itu sesuatu yang bikin pusing, ribet, bad mood, bingung, enggak banget deh pokoknya. Sisi positif dari galau adalah seseorang bisa mengekspresikan perasaannya yang mengganjal, karena galau is freedom! Tidak sedikit juga yang setuju bahwa galau itu penting, manusiawi, dan wajar, apalagi untuk mahasiswa baru yang baru merangkak di semester satu ini. Namun, ada yang berpendapat bahwa hidup kurang lengkap tanpa rasa galau. Sebenarnya, galau kurang bisa dianggap sebagai suatu yang positif. Galauers mengaku bahwa galau sebenarnya adalah perilaku yang kurang bermanfaat karena hanya membawa aura kurang nyaman di sekitar mereka. Contohnya, apabila seseorang sedang galau, biasanya yang dia lakukan hanya diam, bingung, resah, dan mungkin juga marah karena biasanya orang yang sedang galau lebih mudah tersinggung. Biasanya galauers akan mendekati teman-teman mereka, terutama yang sama-sama sedang galau, hingga kegalauan mereka hilang sesaat. Bagaimana sikap yang baik bagi antigalau untuk menghadapi galauers? Mudah saja. Jadilah pendengar yang baik. Silahkan menasihati, tetapi jangan terlalu sering. Bisa saja, malah kita yang kena semprot. Bukan tidak mungkin saat kita menasihati, galauers justru berdalih, “ngomong doang sih enak, lo gak tau sih perasaan gue gimana” atau “gue lagi gak butuh ceramah lo, ya”. Jadilah pihak yang tidak memihak karena galauers sangat sulit dimengerti. Para antigalau juga bisa mengurangi ‘beban mental’ galauers dengan mengajak mereka guyonan atau dagelan. Biasanya, mereka akan lupa dengan perasaan galau mereka. Namun, tidak menutup kemungkinan, antigalau menjadi ikut galau ketika berada di dekat galauers.
Banyak yang mengatakan galau itu sesuatu yang bikin pusing, ribet, bad mood, bingung, enggak banget deh pokoknya. Sisi positif dari galau adalah seseorang bisa mengekspresikan perasaannya yang mengganjal, karena galau is freedom! Tidak sedikit juga yang setuju bahwa galau itu penting, manusiawi, dan wajar, apalagi untuk mahasiswa baru yang baru merangkak di semester satu ini. Namun, ada yang berpendapat bahwa hidup kurang lengkap tanpa rasa galau. Sebenarnya, galau kurang bisa dianggap sebagai suatu yang positif. Galauers mengaku bahwa galau sebenarnya adalah perilaku yang kurang bermanfaat karena hanya membawa aura kurang nyaman di sekitar mereka. Contohnya, apabila seseorang sedang galau, biasanya yang dia lakukan hanya diam, bingung, resah, dan mungkin juga marah karena biasanya orang yang sedang galau lebih mudah tersinggung. Biasanya galauers akan mendekati teman-teman mereka, terutama yang sama-sama sedang galau, hingga kegalauan mereka hilang sesaat. Bagaimana sikap yang baik bagi antigalau untuk menghadapi galauers? Mudah saja. Jadilah pendengar yang baik. Silahkan menasihati, tetapi jangan terlalu sering. Bisa saja, malah kita yang kena semprot. Bukan tidak mungkin saat kita menasihati, galauers justru berdalih, “ngomong doang sih enak, lo gak tau sih perasaan gue gimana” atau “gue lagi gak butuh ceramah lo, ya”. Jadilah pihak yang tidak memihak karena galauers sangat sulit dimengerti. Para antigalau juga bisa mengurangi ‘beban mental’ galauers dengan mengajak mereka guyonan atau dagelan. Biasanya, mereka akan lupa dengan perasaan galau mereka. Namun, tidak menutup kemungkinan, antigalau menjadi ikut galau ketika berada di dekat galauers.
Galau muncul saat stress datang, atau dapat dikatakan, galau adalah perasaan yang muncul karena stress atau beban mental. Bagaimanakah cara untuk mengurangi rasa galau yang muncul? Kita bisa mendengarkan musik, berimajinasi, mengkhayal, juga berdzikir. Latihlah untuk lebih mengenal diri sendiri, dan makanlah makanan yang dapat menaikkan mood, seperti susu, coklat, es krim, dan lain-lain. Salurkanlah rasa galau itu dengan hal-hal yang positif.
Inilah mengapa kamu harus mengikuti Lingua. Pasti akan lebih berguna daripada tenggelam dalam rasa galau. Mau jadi apa? Fotografer? Atau mungkin lay-outer? Bisa! Lingua menyediakan tempat untuk menyalurkan hobi dan bakat tanpa melupakan kualitas tulisan karena akan dibimbing para ‘pakarnya Lingua’. Kamu bisa jadi reporter, fotografer, web-designer, atau lay-outer. Jika kamu seorang reporter, kamu bisa menuangkan kegalauan itu dalam sebuah tulisan. Jika kamu seorang fotografer, kamu bisa bereksplorasi dengan mengambil foto objek-objek yang menarik hatimu. Jika kamu seorang web-designer, kamu dapat menuangkan kreativitasmu untuk mendesain website yang kamu buat. Jika kamu adalah seorang lay-outer, kamu dapat menuangkan kreativitasmu untuk mengatur lay-out sebuah halaman tanpa harus membuat pembaca merasa kesulitan ketika membaca berita atau artikel yang kamu atau orang lain buat. Di Lingua, kamu bisa dapatkan semuanya. Jadi, daripada galau, yuk ikutan Lingua! (war)
No comments:
Post a Comment