Pak Anton, begitulah panggilannya. Pria kelahiran Lamongan, 18 Maret 1966 ini telah bekerja sebagai penjaga parkir di depan Ruang Kuliah Propadause selama kurang lebih sebelas tahun. Memasuki usia yang kini tidak muda lagi tidak mematahkan semangat dan harapan Pak Anton untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam hidupnya. Dengan gaji 140 ribu rupiah per bulan, beliau mengawali pekerjaannya sebagai penjaga parkir Propa (di depan Ruang Kuliah Propadause, red). Sudah sebelas tahun berlalu sejak hari itu. Tentu apa yang Pak Anton terima sekarang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dulu, namun harapannya untuk menjadi tenaga honorer, seperti yang dijanjikan, masih terkatung-katung.
Pak Anton tidak bekerja sendiri. Beliau bersama dengan satu orang rekan mendedikasikan hari-harinya untuk menjaga tempat parkir Propa. Tempat tinggalnya yang jauh dari Kampus A Universitas Airlangga membuat Pak Anton dulunya harus berangkat pagi-pagi sebelum jam enam. Untung saja, rekan Pak Anton sekarang bertempat tinggal di dekat kampus sehingga untuk shift pagi diserahkan kepada rekan Pak Anton. “Bukanya parkir sini kan jam enam pagi. Tapi ada teman saya. Dia kan rumahnya dekat. Jadi, dia yang ngatur parkirnya pagi-pagi,” tutur Pak Anton.
Pak Anton tidak bekerja sendiri. Beliau bersama dengan satu orang rekan mendedikasikan hari-harinya untuk menjaga tempat parkir Propa. Tempat tinggalnya yang jauh dari Kampus A Universitas Airlangga membuat Pak Anton dulunya harus berangkat pagi-pagi sebelum jam enam. Untung saja, rekan Pak Anton sekarang bertempat tinggal di dekat kampus sehingga untuk shift pagi diserahkan kepada rekan Pak Anton. “Bukanya parkir sini kan jam enam pagi. Tapi ada teman saya. Dia kan rumahnya dekat. Jadi, dia yang ngatur parkirnya pagi-pagi,” tutur Pak Anton.
Hal yang membuat Pak Anton merasa sedikit kewalahan tiap tahunnya adalah adanya mahasiswa baru. Karena minimnya pengetahuan mahasiswa baru terhadap kampus, banyak mahasiswa baru yang tidak benar memarkir motornya. “Mahasiswa baru tidak tahu kalau motornya kalau diparkir di dekat pintu masuk itu harus dikunci. Kalau yang sebelah dalam kan karyawan. Lah, itu udah tau kan. Jadi, udah dikunci. Mahasiswa baru, ya, belum tahu,” kata Pak Anton. Dengan mata yang menyipit jadi tak terlihat karena tertawa saking lebarnya, beliau menambahkan, “tapi, lama-lama mahasiswa baru ya nanti tahu kok kalau motor ya sebaiknya dikunci. Saya yakin.”
Walaupun mahasiswa baru seringnya parkir di tempat Mas Heri atau di dekat Ruang Kuliah Anatomi, Pak Anton masih sering menemukan masalah-masalah kecil terkait dengan mahasiswa baru. Selain motor yang tidak dikunci, hal-hal seperti jam operasional tempat parkir juga salah satu masalah krusial yang harus diperhatikan. Beliau mengaku bahwa tempat parkir Propa seringnya ditutup antara jam empat sampai jam lima sore. Padahal, jam operasional tempat parkir tersebut adalah sampai jam tiga. Ada pula hari-hari dimana rekan Pak Anton harus menunggu sampai jam enam sore karena masih ada beberapa motor yang belum diambil oleh pemiliknya. “Kalau mahasiswa lama kan udah tau, jadi kalau pulang sore banget dipindah. Tapi, mahasiswa baru belum tahu. Walaupun teman saya itu rumahnya dekat, ya, kalau udah ditunggu sampai tiga jam itu harusnya ngerti lah,” kata Pak Anton. Kalau sudah begitu, kita seharusnya mengerti kondisi Pak Anton dan rekannya. Jadi, kasus-kasus seperti motor yang dikunci di tempat parkir Propa seharian tidak perlu ada lagi, kan? (buf)
No comments:
Post a Comment